Pati — Petani tembakau di Kabupaten Pati telah memasuki masa panen sejak Juli 2025 lalu. Panen diperkirakan akan berlangsung hingga November mendatang. Namun, musim kemarau basah yang terjadi tahun ini berdampak pada kualitas tembakau yang dihasilkan.
Eko Novin, petani tembakau asal Desa Sumberagung, Kecamatan Jaken, Kabupaten Pati, menyampaikan bahwa harga tembakau saat ini berkisar antara Rp 25.000 hingga Rp 40.000 per kilogram. Menurutnya, harga tersebut relatif stabil dibandingkan tahun lalu, meski kualitas daun tembakau mengalami penurunan.
“Selama harga mulai terendah Rp 25.000 sampai dengan Rp 40.000 per kilogram, harga tahun ini sama tahun lalu hampir sama, cuma karena kualitas tembakau turun, standar grade berbeda. Kalau tahun lalu grade S terbaik, sekarang grade P udah bagus, ada penurunan standar,” ungkap Novin saat diwawancarai suarakabar.co.id, Jumat (4/10/2025).
Novin menjelaskan, kondisi cuaca yang cenderung lembab membuat proses budidaya dan pengeringan tembakau menjadi kurang optimal. Ia menuturkan, ketika cuaca cerah, penjemuran daun tembakau hanya membutuhkan satu hari. Namun, pada kondisi mendung, proses tersebut bisa memakan waktu hingga tiga hari.
“Kalau naik per grade tidak, kalau kualitas bagus harga mengikuti. Cuaca ini kalau cerah penjemuran sehari cukup, kalau cuaca mendung tiga harian,” ujarnya.
Selain itu, kualitas daun tembakau tahun ini juga dipengaruhi oleh berkurangnya ketebalan daun yang berdampak pada bobot hasil panen. Ia menambahkan bahwa tanaman tembakau juga banyak diserang hama dan gulma.
“Kualitas tembakau ditentukan ketebalan daun, produksi menurun karena ketebalan berpengaruh ke bobot. Hama yang banyak menyerang batang, ada ulat di dalam batang sehingga tanaman tidak tumbuh secara normal, jadinya kecil. Ada juga gulma karena kondisi hujan masih ada sehingga tanah subur bagi gulma,” terangnya.
Kendala lain yang dihadapi petani adalah perubahan warna daun tembakau setelah penjemuran. Minimnya sinar matahari menyebabkan warna daun tidak lagi kuning cerah, melainkan kecokelatan hingga kehitaman.
“Kadang waktu penjemuran kadang gak ada matahari, dari segi warna berubah gak bisa kuning cerah, agak kecokelatan sampai hitam. Karena masih ada hujan juga, itu secara tidak langsung menurunkan kualitas,” tambahnya.
Eko Novin juga menyebutkan bahwa kondisi lahan yang terlalu basah atau tergenang air berdampak buruk pada pertumbuhan tembakau. Ia mengaku beberapa kali lahannya kebanjiran selama musim tanam tahun ini.
“Banyaknya air pun tidak baik untuk produktivitas tembakau. Bahkan berkali-kali tanam, lahan tembakaunya kerap kebanjiran,” tutupnya.













