Tradisi Lomban Kupatan di Sungai Tayu Berjalan Meriah, Kepala Kerbau Dilarung ke Laut Jawa

  • Bagikan
banner 468x60

Tayu, Pati – Tradisi Lomban Kupatan di Sungai Tayu, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, berlangsung meriah pada Selasa (8/4/2025). Ritual adat yang ditandai dengan larungan kepala kerbau beserta empat kaki dan ekornya di muara sungai ini menjadi daya tarik warga setempat.

Ratusan orang telah memadati Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Desa Sambiroto, Kecamatan Tayu, sejak pagi hari. Mereka menantikan kedatangan kepala kerbau yang diarak dalam karnaval dari Balai Desa Sambiroto.

Setibanya di TPI, masyarakat bersama-sama melaksanakan doa. Mereka memohon keselamatan dan rezeki yang melimpah kepada Tuhan Yang Maha Esa. Usai berdoa, kepala kerbau yang dihiasi janur dan dibekali sesaji berupa makanan kemudian dibawa menuju perahu nelayan.

Proses mengangkut kepala kerbau ke atas perahu tidaklah mudah. Belasan orang turun tangan untuk memastikan kepala kerbau tersebut dapat terangkut dengan baik.

Rombongan barongan turut mengiringi arak-arakan menuju muara sungai. Irama musik tradisional barongan menambah kekhidmatan acara. Sesampainya di muara, kepala kerbau pun dilarungkan ke perairan Laut Jawa sebagai simbol penutup ritual.

Tradisi Lomban ini sudah diadakan sejak tahun 1958, yang telah diadakan setiap tahunnya. Menurut Agus Mulyono sebagai ketua Panitia Lomban Kupatan Tayu.

“Larung Kerbau untuk sesaji, ini kepercayaan dan kebudayaan yang di larungkan di sungai Tayu pertigaan dengan laut, Juga kepala Kambing tidak di larung tapi di sungai tepi Tayu,” ungkap Agus Mulyono.

Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata (Dinporapar) Kabupaten Pati, Rekso Suhartono, menyatakan bahwa tradisi ini tidak hanya sekadar melestarikan warisan leluhur, tetapi juga memiliki makna mendalam. “Larung kepala kerbau ini merupakan wujud syukur masyarakat atas berkah yang diberikan Tuhan, sekaligus harapan akan keselamatan dan kemakmuran,” ujarnya.

Ritual tahunan ini terus menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya masyarakat Pati, memperkaya khazanah tradisi Nusantara.

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *