Pati – Belakangan ini, sekitar Alun-Alun Pati mulai ramai dengan munculnya lapak-lapak penukaran uang. Fenomena ini menarik perhatian warga setempat, terutama menjelang tradisi Lebaran yang membutuhkan uang dalam pecahan kecil untuk keperluan wisit atau pemberian kepada anak-anak. Banyak warga yang mengeluh sulitnya menukarkan uang baru di bank, sehingga mereka beralih ke jasa penukaran uang yang tersedia di sekitar alun-alun.
Meskipun ada kenaikan biaya jasa sebesar 5 persen, warga tetap merasa terbantu karena proses penukaran uang di lapak-lapak tersebut lebih mudah dan cepat. Salah seorang warga, Zaenal mengaku telah menukarkan uangnya di salah satu lapak dengan biaya jasa sebesar 15 persen dari total uang yang ditukarkan. Ia memilih untuk menukar uangnya ke dalam pecahan Rp2.000 dan Rp5.000, yang akan digunakan untuk tradisi Lebaran.
“Di bank susah dapat uang baru, apalagi pecahan kecil. Di sini lebih cepat, meski ada biaya tambahan. Tapi ya mau gimana lagi, ini buat kebutuhan Lebaran,” ujar Zaenal, sambil menunjukkan beberapa lembar uang baru yang baru saja ia tukarkan.
Tradisi wisit atau pemberian uang kepada anak-anak saat Lebaran memang masih sangat kental di masyarakat Pati. Biasanya, uang yang diberikan adalah pecahan kecil agar lebih mudah dibagikan. Namun, kelangkaan uang baru di bank membuat warga mencari alternatif lain, termasuk melalui lapak-lapak penukaran uang yang marak bermunculan.
Sementara Imam, salah satu pemilik jasa penukaran uang di sekitaran alun-alun pati, mengaku mengambil keuntungan 15 persen dari kelipatan penukaran uang baru dengan total minimal RP100.000. “Saya baru saja membuka lapak di sini, dan langsung diserbu masyarakat yang antusias menukar pecahan uang baru. Di lapak, saya menyediakan pecahan mulai dari RP2.000 sampai RP20.000.” Ujarnya saat ditanyai awak media.